Rabu, April 09, 2008

OBESITAS & DIABETES MELITUS

A. OBESITAS

v Definisi:

Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. Faktor genetik diketahui sangat berperan bagi perkembangan penyakit ini. Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan.

v Klasifikasi:

Tabel kriteria dan klasifikasi obesitas untuk wilayak Asia Pasifik sebagai berikut.

Klasifikasi

IMT (kg/m2)

Resiko Ko-Morbiditas

Lingkar Perut

<>)

<>)

≥ 90 cm ()

≥ 80 cm ()

BB kurang

BB normal

BB lebih

Beresiko

Obes I

Obes II

<>

18,5 – 22,9

≥ 23,0

23 – 24,9

25,0 – 29,9

≥ 30,0

Rendah*

Sedang

Meningkat

Moderat

Berat

Sedang

Meningkat

Moderat

Berat

Sangat berat

*Resiko meningkat pada masalah klinis lain

Jumlah lemak tubuh dapat ditentukan in vivo dengan cara menimbang di bawah permukaan air, Dual Energy X-Ray Absorptiometry (DEXA) atau dengan mengukur tebal lipatan kulit.

Obesitas dapat disebabkan oleh banyak hal. Berat bada seseorang 40-70% ditentukan secara genetik. BB dipengaruhi lingkungan, kebiasaan makan, kurangnya kegiatan fisik, dan kemiskinan/kemakmuran. Obesitas pada perempuan berakar pada obesitas masa kecil, obesitas pada laki-laki terjadi setelah umur 30 tahun.

v Epidemiologi obesitas:

Saat ini diperkirakan jumlah orang di seluruh dunia dengan IMT = 30 kg/m2 melebihi 250 juta orang, yaitu sekitar 7% dari populasi orang dewasa di dunia. Insidensi obesitas di negara-negara berkembang makin meningkat, sehingga saat ini banyaknya orang dengan obesitas di dunia hampir sama jumlahnya dengan mereka yang menderita karena kelaparan. Beban finansial, resiko kesehatan, dan dampak pada kualitas hidup berhubungan dengan epidemi tersebut.

v Hubungan obesitas sentral dengan resistensi insulin dan dislipidemia:

Resistensi insulin pada obesitas sentral diduga merupakan penyebab sindrom metabolik. Insulin mempunyai peran penting karena berpengaruh baik pada penyimpanan lemak maupun sintesis lemak dalam jaringan adiposa. Resistensi insulin dapat menyebabkan terganggunya proses penyimpanan lemak maupun sintesis lemak.

Hubungan sebab-akibat (kausatif) antara resistensi insulin dengan penyakit jantung koroner dan stroke dapat diterangkan dengan adanya efek anabolik insulin. Insulin merangsang lipogenesis pada jaringan arterial dan jaringan adiposa melalui peningkatan produksi Acetyl Co-A, meningkatkan asupan trigliserida dan glukosa. Dislipidemia yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi trigliserida dan penurunan kolesterol HDL merupakan akibat dari pengaruh insulin terhadap Cholesterol Ester Transfer Protein (CETP) yang memperlancar transfer Cholesterol Ester (CE) dari HDL ke VLDL (trigliserida) dan mengakibatkan terjadinya katabolisme dari apoA, komponen protein HDL. Resistensi insulin dapat disebabkan oleh faktor genetik dan lingkuntan. Jenis kelamin mempengaruhi sensitivitas insulin dan otot rangka laki-laki lebih resisten dibandingkan perempuan.

v Manajemen BB pada pasien overweight dan obesitas:

Terapi penurunan BB yang sukses meliputi 4 pilar, yaitu diet rendah kalori, aktivitas fisik, perubahan perilaku, dan obat-obatan/bedah.

Terapi diet direncanakan berdasarkan individu. Pengukuran kebutuhan energi basal pasien dapat menggunakan rumus Harris-Benedict:

: BEE = 66,5 + (13,7 x kg) + (5,003 x cm) – (6,775 x umur)

: BEE = 655,1 + (9,563 x kg) + (1,850 x cm) – (4,676 x umur)

Kebutuhan energi total sama dengan BEE dikali dengan jumlah faktor stress dan aktivitas, yang berkisar dari 1,2 sampai lebih dari 2. Di samping pengurangan lemak jenuh, total lemak seharusnya ≤ 30% dari total kalori. Pengurangan persentase lemak dalam menu sehari-hari saja tidak dapat menyebabkan penurunan BB, kecuali total kalori juga berkurang. Ketika asupan lemak dikurangi, prioritas harus diberikan untuk mengurangi lemak jenuh, untuk menurunkan kadar kolesterol-LDL.

Peningkatan aktivitas fisik merupakan komponen penting dari program penurunan BB. Aktivitas fisik yang lama sangat membantu pada pencegahan peningkatan BB. Keuntungan tambahan aktivitas fisik adalah terjadi pengurangan resiko kardiovaskuler dan diabetes yang lebih banyak.

Untuk mencapai penurunan BB dan mempertahankannya, diperlukan suatu strategi untuk mengatasi hambatan yang muncul pada saat terapi diet dan aktivitas fisik. Strategi yang spesifik meliputi pengawasan mandiri terhadap kebiasaan makan dan aktivitas fisik, manajemen stress, stimulus kontrol, pemecahan masalah, contigency management, cognitive restructuring, dan dukungan sosial.

Farmakoterapi merupakan salah satu komponen penting dalam program penurunan BB. Sibutramin dan orlistat merupakan obat-obatan penurun berat badan yang telah disetujui untuk penggunaan jangka panjang.

Terapi bedah merupakan salah satu pilihan untuk menurunkan BB, hanya diberikan kepada pasien obesitas berat, dan harus dilakukan sebagai alternatif terakhir untuk pasien yang gagal dengan farmakoterapi dan menderita komplikasi obesitas yang ekstrem.

B. DIABETES MELITUS

v Definisi

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. World Health Organization (WHO) merumuskan bahwa DM dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolute atau relatif dan gangguan fungsi insulin.

v Epidemiologi

Prevalensi DM di seluruh dunia mengalami peningkatan yang sangat pesat selama 2 dekade terakhir. Selain itu, prevalensi glukosa darah puasa terganggu (GDPT atau impaired fasting glucose) juga meningkat. Walaupun prevalensi DM tipe 1 dan 2 meningkat, tetapi prevalensi DM tipe 2 diperkirakan meningkat lebih cepat pada masa mendatang karena peningkatan tingkat obesitas dan pengurangan aktivitas. DM meningkat sejalan usia. Tahun 2000, prevalensi DM diperkirakan 0,19% pada usia <> 20 tahun. Pada usia >65 tahun prevalensi DM 20,1%. Prevalensi ini sama pada pria dan wanita pada hampir semua usia, tetapi sedikit lebih besar pada pria usia > 60 tahun.

Diperkirakan ada variasi geografis pada insidens DM tipe 1 dan 2. Scandinavia memiliki insidens tertinggi DM tipe 1, sementara Pacific Rim memiliki insidens yang jauh lebih rendah untuk DM tipe 1. Eropa Utara dan Amerika Serikat memiliki rasio intermediet. Kebanyakan peningkatan resiko DM tipe 1 diyakini mencerminkan frekuensi alel HLA resiko tinggi di antara kelompok etnik di berbagai lokasi geografis yang berbeda. Prevalensi DM tipe 2 dan toleransi glukosa terganggu (TGT atau impaired glucose tolerance) paling tinggi di pulau-pulau Pasifik tertentu, intermediet di India dan Amerika Serikat, dan relatif rendah di Rusia dan Cina. Keanekaragaman ini kemungkinan disebabkan oleh faktor genetik, perilaku, dan lingkungan. Prevalensi DM juga bervariasi di antara populasi etnik yang berbeda pada suatu negara.

v Klasifikasi

Berdasarkan American Diabetes Association (ADA), diabetes mellitus dibagi menjadi 4 kelas sebagai berikut.

1. Diabetes mellitus tipe 1, yang dikenal sebagai diabetes mellitus tergantung insulin (insulin-dependent diabetes mellitus atau IDDM) atau juvenile-onset diabetes. Diabetes mellitus tipe 1 ini pada dasarnya disebabkan penghancuran (destruksi) sel β, yang umumnya mengakibatkan defisiensi insulin absolut. Tipe ini terbagi 2, yaitu:

o Melalui proses imunologik

o Idiopatik

2. Diabetes mellitus tipe 2, yang dikenal sebagai diabetes mellitus tidak tergantung insulin (non insulin-dependent diabetes mellitus atau NIDDM) atau adult-onset diabetes. Diabetes mellitus tipe 2 ini bervariasi, mulai yang predominan pada resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.

3. Diabetes mellitus tipe lain

o Defek genetik pada fungsi sel β

o Defek genetik pada kerja insulin

o Penyakit pada kelenjar eksokrin pankreas

o Endokrinopati

o Induksi obat-obatan atau bahan kimia

o Infeksi

o Mekanisme imunologik (jarang)

o Sindrom genetik lainnya

4. Diabetes mellitus gestasional (diabetes kehamilan)

v Manifestasi Klinis

DM sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Gejalanya sangat bervariasi, antara lain:

- Gejala klasik berupa polidipsia, poliuria, polifagi, dan berat badan menurun.

- Kelainan kulit berupa gatal, biasanya teradapat di daerah genital ataupun daerah lipatan kulit lain seperti di ketiak dan di bawah payudara, biasanya akibat tumbuhnya jamur. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul-bisul atau luka yang lama tidak mau sembuh. Luka ini dapat timbul akibat hal yang sepele seperti luka lecet karena sepatu, tertusuk peniti, dan sebagainya.

- Pada wanita, kelainan ginekologis berupa keputihan merupakan salah satu keluhan yang sering menyebabkan pasien dating ke dokter ahli kebidanan dan sesudah diperiksa lebih lanjut ternyata DM yang menjadi latar belakang keluhan tersebut. Juga dalam hal ini, jamur, terutama Candida, merupakan sebab tersering timbulnya keputihan ini. Pada pasien laki-laki, terkadang keluhan impotensi menyebabkan ia datang berobat ke dokter.

- Kesemutan dan rasa baal akibat sudah terjadinya neuropati, juga merupakan keluhan pasien, di samping keluhan lemah dan mudah merasa lelah.

- Keluhan lain yang mungkin menyebabkan pasien datang berobat ke dokter ialah keluhan visus yang menurun atau mata kabur yang disebabkan katarak, ataupun gangguan refraksi akibat perubahan-perubahan pada lensa oleh hiperglikemia. Mungkin pula keluhan kabur tersebut disebabkan kelainan pada corpus vitreum. Diplopia binocular akibat kelumpuhan sementara otot bola mata dapat pula merupakan salah satu sebab pasien berobat ke dokter mata.

- DM mungkin pula ditemukan pada pasien yang berobat untuk infeksi saluran kemih dan untuk tuberkulosis paru, sehingga pada mereka harus diwaspadai akan kemungkinan adanya penyakit DM yang mendasarinya. Jika kepada mereka kemudian ditanyakan dengan teliti mengenai gejala dan tanda-tanda DM, pada umumnya juga akan dapat ditemukan gejala khas DM, yaitu poliuria akibat diuresis osmotik, polidipsia, polifagi, dan berat badan yang menurun. Pada keadaan yang berat, poliuria dan polidipsia segera diikuti oleh rasa lemah yang hebat, anoreksia, mual, muntah, dan terkadang nyeri perut. Pada keadaan yang lebih berat lagi, dapat terjadi gejala kesadaran menurun sampai koma dengan gejala khas koma hiperglikemik, yaitu terjadi penurunan kesadaran, dehidrasi, dan pernapasan Kussmaul.

v Komplikasi

1. Komplikasi akut

a. Hiperglikemia

s Diabetic ketoacidosis (DKA)

s Hyperglycemic hyperosmolar state (HHS)

b. Hipoglikemia

Hipoglikemia merupakan komplikasi yang sering terjadi akibat terapi insulin untuk DM tipe 1. Hipoglikemia juga menyerang pasien DM tipe 2; kebanyakan kasus terjadi selama pengobatan dengan insulin.

2. Komplikasi kronik

a. Vaskuler

o Mikrovaskuler

s Penyakit mata

- Retinopati (nonproliferatif/proliferatif)

- Makular edema

s Neuropati

- Sensorik dan motorik (mono- dan polineuropati)

- Autonomik

s Nefropati

o Makrovaskuler

s Coronary artery disease

s Peripheral artery disease

s Cerebrovascular disease

b. Other

o Gastrointestinal (gastroparesis, diare)

o Genitourinaria (uropati/disfungsi seksual)

o Dermatologik

o Infeksi

o Katarak

o Glukoma

v Penatalaksanaan

Dalam jangka pendek penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan keluhan/gejala DM. Sedangkan tujuan jangka panjangya adalah untuk mencegah komplikasi.

§ Perencanaan Makanan

Satandar yang dianjurkan adalah santapan dengan komposisi seimbang berupa karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, dan lemak 20-25%. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan ideal

§ Latihan Jasmani

Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama +/- 0,5 jam yang sifatnya sesuai dengan continous, rhytmical, interval, progresive, endurance training. Latihan dilakukan terus-menerus tanpa berhenti, otot-otot berkontraksi dan ralaksasi secara teratur, selang-seling antara gerak cepat dan lambat, berangsur-angsur dari sedikit ke latihan yang lebih berat secara bertahap dan bertahan dalam waktu tertentu, misalnya jalan kaki, jogging, lari, rnang, bersepeda dan mendayung. Sedapat mungkin mencapai zona sasaran yaitu 75-85% denyut nadi maksimal.

DNM= 220-umur (dalam tahun)

Hal yang perlu diperhatikan: olahraga dilakukan sebelum makan, memakai sepatu yang pas, harus didampingi oleh orang yang tahu mengatasi serangan hipoglikemia, harus selalu membawa permen, membawa tanda pengenal sebagai pasien DM dalam pengobatan, dan memeriksa kaki secara cermar setelah olahraga.

§ Obat berkhasiat Hipoglikemik

a) Sulfonilurea

Cara kerja: menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin, meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Diberikan pada pasien dengan berat badan normal

b) Biguanid

Bekerja dengan menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai di bawah normal. Preparat yang ada dan aman adalah metformin. Dianjurkan untuk pasien gemuk dengan IMT>30. Pasien dengan IMT 27-30 dapat dikombinasikan dengan golongan sulfonilurea.

c) Inhibitor α glukosidase

Ekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α glukosidse dalam saluran cerna, sehinga menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia pascaprandial.

d) Insulin sensitizing agent

Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai efek sensitivitas insulin, sehingga bisa mengatasi resistensi insulin.

e) Insulin

Indikasi penggunaan insulin pada NIDDM adalah

§ DM dengan berat badan menurun cepat/kurus

§ Ketoasidosis, asidosis laktat, dan koma hiperosmolar

§ DM yang mengalami stres berat

§ DM dengan kehamilan

§ DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosis maksimal

Tidak ada komentar: